RSS
Post Icon

TUJUH DOA PILIHAN RASULULLAH

Rasulullah saw adalah manusia yang paling mulia. Lebih tepatnya Beliau senantiasa berdo’a kepada Allah swt. Tangisan saat berdo’a sudah tidak diragukan lagi. Beliau senantiasa bergetar hatinya saat berdo’a kepada Allah swt. Apa saja do’a Rasulullah saw tersebut?


Do’a 1:

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari segala kebaikan, baik yang cepat maupun lambat, apa yang aku ketahui dan apa yang belum aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala kejahatan baik yang cepat maupun yang lambat, apa yang aku ketahui dan apa yang belum aku ketahui.

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan seperti yang dimohon hamba-Mu dan nabi-Mu.

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan apa yang dapat mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun amalan. Aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang dapat mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun amalan. Dan aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap keputusan yang Engkau putuskan kepadaku itu baik untukku).





Do’a 2:

Ya Allah, ampunilah dosaku, kebodohanku, keborosanku dalam urusanku, dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku.

Ya Allah ampunilah diriku karena kesungguhanku, senda gurauku, kesalahanku, dan kesengajaanku, semuanya itu ada padaku.

Ya Allah, ampunilah diriku dari dosa yang telah dan aku lakukan, apa yang aku sembunyikan, apa yang aku tampakkan, dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Engkau yang memajukan, Engkau yang mengundurkan, dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu).





Do’a 3:

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan wasilah bahwa aku bersaksi bahwa Engkaulah Allah yang tiada Tuhan selain Engkau, yang Mahaesa, tempat semua manusia meminta, yang tidak melahirkan dan tidak pula dilahirkan, dan tiada seorang pun yang menyamai-Nya).



Do’a 4:

Ya Allah, manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku, dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku).



Do’a 5:

Ya Allah, perbaikilah agamaku karena ia merupakan pangkal urusanku, perbaikilah duniaku karena ia merupakan penghidupanku, perbaikilah akhiratku karena ia merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah hidup sebagai kesempatan untuk menambah setiap kebaikanku, dan jadikanlah mati sebagai pelepas diriku dari setiap kejahatan.



Do’a 6:

Ya Tuhan kami, berilah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari api neraka.



Do’a 7:

Ya Allah, dengan kekuasaan-Mu aku memasuki pagi, dengan kekuasaan-Mu aku memasuki petang, dengan kekuasaan-Mu aku hidup, dengan kekuasaan-Mu aku mati, dan kepada-Mu-lah tempat kembali.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

DIAGNOSIS PENYAKIT TANAMAN YANG DISEBABKAN BAKTERI

Untuk mendiagnosis penyakit tumbuhan pertama kali perlu menentukan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri atau faktor lingkungannya. Dalam beberapa kasus apabila terdapat gejala penyakit atau terdapat tanda bakteri yang khas, maka cukup mudah bagi mereka yang telah berpengalaman untuk menentukan penyebabnya dengan membandingkan gejala yang ada dengan yangterdapat dalam berbagai buku pedoman, CD – compendium dan lainlain.
Akan tetapi pada banyak kasus pengujian yang lebih lengkap terhadap gejala dan mengamati tentang ciri-ciri lainnya sangat penting untuk mendapatkan hasil diagnosis yang tepat.

Diagnosis penyakit tanaman dan identifikasi bakteri penyebabnya sering dilakukan berdasarkan gejala dan adanya eksudat bakteri didalam jaringan tanaman yang terserang. Cara diagnosis tersebut tergolong cepat tetapi biasanya memerlukan pengalaman luas dibidang penyakit bakteri. Pada keadaan dengan pengalaman yang masih terbatas atau diagnosis penyakit karantina yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi maka diagnosis yang lebih akurat sangat diperlukan. Hal ini dapat dicapai melalui prosedur isolasi dan seleksi bakteri, jika perlu dilakukan konfirmasi pengujian pada tanaman inangyang sesuai.

Tahapan diagnosis penyakit tumbuhan, yang perlu dilakukan adalah :

a. Amati gejala yaitu segala kelainan bentuk atau kelainan sifat tanaman.
b. Pilih bagian tanaman sakit yang memperlihatkan gejala yang belum lanjut
(belum rusak atau busuk keseluruhan) atau terlalu awal. Gejala yang terlalu
lanjut biasanya sudah ditumbuhi cendawan serta bakteri saprofit yang sering
kali mengganggu pertumbuhan bakteri utamanaya. Gejala yang terlalu awal
juga menyulitkan diagnosa karena sukar memperoleh tanda penyakit.
c. Bersamaan dengan melihat gejala ini perlu pula dilihat tanda penyakit untuk
memperkuat hasil pemeriksaan gejala.
d. Gejala dan tanda penyakit yang belum dikenal atau diragukan identifikasinya
yang nampaknya penyebab penyakit tersebut belum pernah dilaporkan
sebelumnya (penyakit baru) maka harus dilakukan serangkaian pengujian
untuk membuktikan hipotesa bahwa bakteri yang diisolasi adalah penyebab
penyakitnya melalui postulat Koch.
e. Gejala yang disertai tanda keberadaan bakteri penyebab penyakit dapat
dilakukan identifikasi lebih lanjut di laboratorium.


Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit

1. Beberapa bakteri penyakit tanaman berada pada permukaan tanaman
atau di dalam tanaman (sebagian besar bakteri). Keberadaan bakteri
dipermukaan atau di dalam tanaman menunjukkan bahwa bakteribakteri
tersebut merupakan penyebab utama penyakit.

2. Pada beberapa kasus, seseorang dengan keahlian tertentu dapat melakukan deteksi dan identifikasi langsung secara visual atau dengan bantuan kaca pembesar. Seringkali identifikasi hanya dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop.

3. Tidak semua bakteri tampak pada permukaan tanaman sakit, beberapa lain tampak hanya dari gejala yang ditimbulkan, khususnya untuk bakteri yang berada di dalam tanaman.

4. Sebagian besar bakteri berada pada jaringan yang terinfeksi, antara
lain pada jaringan vascular, jaringan bawah tanaman, dan atau di
dalam perakaran.

Pada saat bakteri berada pada jaringan tanaman sakit, ada dua
kemungkinan yang terjadi yaitu :
Bakteri tersebut adalah patogen penyebab utama penyakit pada
tanaman tersebut, atau
Bakteri tersebut merupakan salah satu bakteri saprofitik atau bakteri yang dapat tumbuh pada jaringan yang telah mati.

Diagnosis penyakit bakteri dan identifikasi bakteri penyebab didasarkan pada gejala awal penyakit yang tampak pada tanaman terinfeksi, jumlah populasi bakteri pada area terinfeksi, dan ketidak beradaan patogen penyebab lainnya.

Identifikasi bakteri sulit dilakukan jika hanya berdasarkan karekter morfologisnya. Isolasi bakteri pada media agar memerlukan kehati-hatian yang tinggi sehingga terhindar dari kontaminasi bakteri saprofit.

beberapa media selektif yang sesuai untuk hampir semua bakteri patogen tanaman. Media ini tentu tidak sesuai untuk bakteri saprofit, sehingga dapat dipastikan bahwa pada media selektif bebas dari pertumbuhan bakteri saprofit. Hal ini akan memudahkan proses identifikasi hingga tingkat genus dan spesies.


cara termudah dan terpercaya untuk membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah patogen penyebab adalah melalui isolasi koloni tunggal dan menumbuhkan bakteri pada media, untuk selanjutnya diinokulasi kembali pada tanaman inang yang peka.

Gejala yang dihasilkan dari inokulasi tersebut dibandingkan dengan
gejala yang disebabkan oleh spesies bakteri yang telah diketahui
sebelumnya .

Perkembangan metode identifikasi patogen tanaman saat ini telah
mengalami perubahan seperti al: teknik immunodiagnostic, termasuk teknik agglutinasi dan presipitasi, pewarnaan flouresen dengan antibody, teknik ELISA, mulai digunakanuntuk deteksi dan identifikasi bakteri patogen tanaman.

Beberapateknik tersebut lebih sensitiF, lebih spesifik, cepat, dan mudah, dan
merupakan metode yang telah distandardisasi. Hingga kini secara komersial telah tersedia antisera sebagai bahan identifikasi bakteri patogen tanaman

teknik yang lebih baru telah dikembangkan berdasarkan penggunaan asam lemak oleh bakteri yang ada padamakanan (Biolog).

Identifikasi lain yang juga berkembang adalah berdasarkan asam nukleat, dengan membandingkan jumlah DNA yang dihasilkan oleh enzim restriksi tertentu, atau derajat (persentasi) DNA yang terhibridisasi dari bakteri yang belum diketahui dengan DNA dari bakteri yang telah diketahui. Beberapa teknik molekuler tersebut saat ini digunakan untuk identifikasi bakteri patogen yang vastidious pada vascular.

Postulat Koch telah diterima secara universal sebagai pembuktian penyebab penyakit dalam hal ini untuk membuktikan hipotesa bahwa bakteri yang diisolasi adalah penyebab penyakit tanaman.


Tahapan yang harus dikerjakan:

Screening test : ada tidaknya bakteri : IF test , PCR, mikroskop (400-10.000 x
perbesaran).
Isolasi pada media selektif : dengan melihat tipe koloni dibuat biakan murni yang
selanjutnya analisa asam lemak, uji biokimia, dan molekular.
3. Uji Patogenisitas : inokulasi pada tanaman tomat.
Reisolasi (isolasi kembali) dan identifikasi bakteri : tipe koloni pada biakan murni
harus sama dengan isolat yang diinokulasikan pada tanaman sehat selanjutnya
diidentifikasi dengan uji IF, PCR, Uji BIOLOG.

Langkah-langkah pengujian Postulat Koch adalah sebagai berikut :
1. Organisme (bakteri) harus ditemukan berasosiasi dengan gejala penyakit yang ada
(bagian tanaman yang sakit diuji).
2. Organisme harus dapat diisolasi dari jaringan yang sakit dan dapat dibuat biakan
murni.
3. Organisme dari biakan murni harus dapat diinokulasikan pada tanaman inang yang
sehat dan menghasilkan gejala penyakit yang sama dengan gejala pada tanaman
sebelumnya.
4. Organisme harus dapat diisolasi kembali (reisolasi) dari tanaman yang di
Inokulasi dan hasilnya harus sama dengan organisme yang dipakai untuk inokulasi.

Jika semua langkah diatas telah diikuti dan dibuktikan kebenarannya maka organisme yang di reisolasi dapat diidentifikasi sebagai organisme yang bertanggung jawab terhadap penyakit.

Identifikasi lanjutan untuk penentuan spesies, sub spesies, patovar dan sebagainya, dapat dilakukan berdasarkan karakter morfologi, fisiologi dan biokimia, molekuler dan sebagainya sesuai metode identifikasi yang dikemukakan pada berbagai manual atau buku pedoman lainnya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

BAKTERI (PART 1)

Bakteri adalah mikroorganisme prokaryotik yaitu organisme yang materi intinya tidak terbungkus oleh membran. Rata-rata bakteri berukuran antara 0.2 sampai 1.5 µm. Bakteri patogen tanaman berukuran panjang antara 0.6- 3.5 µm dan diameternya antara 0.5-1.0 µm.
Ada 4 kelompok bentuk dasar bakteri:
1. bulat/coccus. Coccus yang berkelompok membentuk dua sel disebut diplococcus, yang membentuk rantai disebut: streptococcus, yang berbentuk kubus disebut sarcina dan yang bergerombol seperti anggur disebut stapilococcus.
2. Batang/ baccilus. Bakteri ini mempunyai bentuk yang bervariasi.
Berbentuk koma/spiral . Ada yang pendek dan ada juga yang kaku
Berbentuk persegi.

Beberapa bakteri bergerak menggunakan flagella dan banyak juga yang tidak mempunyai flagella sehingga tidak dapat bergerak dengan aktif.
Bakteri berkembang biak dengan membelah diri,bertunas.
Untuk bertahan terhadap lingkungan yang tidak cocok bakteri dapat membentuk spora yang disebut endospora yang tahan terhadap panas, radiasi dan berbagai pengaruh kimia.
Contoh genera yang dapat membentuk endospora antara lain: Clostridium dan Bacillus.
Hampir semua bakteri mempunyai dinding sel yang berfungsi untuk melindungi isi sel dan memberi bentuk bakteri.
Kebanyakan dinding sel bkteri mengandung polimer yang disebut Peptidoglikan.
Bakteri ada yang gram negatif dan ada juga yang gram positip.
Umumnya yang termasuk gram negatif adalah yang lapisan peptidoglikannya tipis.
Dari pewarnaan akan terlihat bakteri gram positip berwarna ungu sedangkan bakteri gram negatip berwarna merah

Kebanyakan bakteri patogen mampu hidup sebagai sapropit pada sisa tanaman baik dipermukaan maupun didalam tanah, sehingga mempersulit pemberantasannya.
KLASIFIKASI
Bakteri termasuk ke dalam kerajaan Prokaryotae yang terbagi atas 4 devisi yaitu: Gracilicutes ( untuk bakteri yang gram negatif), Fermicutes (untuk bkteri gram positif), Mendosicutes (untuk bakteri yang mempunyai dinding sel tetapi tidak mengandung peptidoglikan) dan Tenericutes (untuk kelompok bakteri yang tidak mempunyai dinding sel).

Sampai saat ini hanya 6 genera yang diketahui patogen tanaman, lima diantaranya berbentuk batang dan satu berbentuk spiral.

Selain itu juga telah ditemukan Mikoplasma-like organisme/MLO dan bakteri-like orgnisme/BLO sebagai paogen tanaman dan masih digolongkan dalam bakteri

Gejala-gejala akibat serangan bakteri
1.Gall/fasciation (Crown gall): pertumbuhan abnormal karena peningkatan jumlah sel
secara cepat, biasanya pada pangkal batang, leher akar atau akar
2. Layu bakteri; akibat serangan pada pembuluh kayu Pelendiran-bakteri atau
kebasahan pada kayu: karena adanya tekanan (gas) lalu keluar ke permukaan batang
seperti pada tanaman elm
3. Busuk lunak: akibat serangan pada pada zat perekat antara sel-sel jaringan
tanaman,sehingga zat tersebut mencair dan jaringan rusak serta berlendir
4. Busuk keras/firm rot: kerusakan jaringan pada daun, batang, buah,umbi dan
lain-lain
5. Blight dan kanker: nekrosis yang bersifat khas pada daun, ranting, dahan, bunga
dan buah.

Genera bakteri penyebab penyakit tanaman
Pseudomonas
- berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung
- berukuran 0.5-1.0 x 1.5-4.0 µm.
- bergerak dengan satu atau beberapa flagella polar
- merupakan genera yang paling banyak patogen
- gejala yang ditimbulkannya: layu, kanker dan bercak
- Gram negatif
Contoh penyakit yang disebabkan Pseudomonas:
a Penyakit layu bakteri pada pisang disebut juga penyakit moko
Penyebabnya Pseudomonas solanacearum. Menyebabkan daun tanaman layu dan
patah, buah masak secara prematur, berukuran kecil dan bentuk buah tidak
sempurna
b. Penyakit layu pada tomat dan solanaceae lainnya.
Menyerang cabe, tomat, kentang, terong , tembakau dll
Patogennya P. solanacearum

c.Penykit sumatera cengkeh
penyakit ini menghancurkan pertanaman cengkeh di Sumatera dan Jawa. Gejala
didahului kelayuan dan diakhiri dengan kematian tanaman. Patogen Pseudomonas
syzygii.

Xanthomonas
Bakteri berbentuk batang dengan diameter 0.4-1.0 µm dan panjang 1.0-3.0 µm
Bergerak dengan flagella.
Menyebabkan gejala hawar daun,kanker, busuk basah
Gram negatif
Penyakit-penyakit yang disebabkan
Penyakit kresek padi
Gejala yang muncul berupa garis-garis kebasahan pada pinggir daun, beberapa
cm dari ujung daun.
Patogennya Xanthomonas compestris pv. Oryzae.

Penyakit kanker jeruk
Gejala serangan pada daun diawali dengan munculnya bintik2 kuning
berdiameter 1mm dibawah permukaan daun. Selanjutnya bintik berubah bercak
cembung dan berwarna kecoklatan serta agak mengkilat. Gejala khas berupa
kanker yang muncul pada fase berikutnya saat permukaan bercak berubah
menjadi kasar dan retak-retak. Dan biasanya mengeluarkan eksudat bakteri.
Patogennya Xanthomonas citri.

Erwinia
berbentuk batang dengan diameter 0.5-1.0 µm dan panjang 1-3 µm. Termasuk
gram negatif dan bergerak dengan banyak flagella.

Contoh penyakit yang disebabkan erwinia
Penyakit layu bakteri pada ketimun
Gejala diawali dengan terkulai satu atau dua helai daun pada salah satu
cabang yang diikuti terkulai dan layunya seluruh daun pada cabang tersebut.
Selanjutnya seluruh tanamn menjadi layu. Patogennya Erwinia traceiphila.
Bakteri ini dapat bertahan hidup pada kumbang mentimun Acalynma vittata dan
Diabrotica undecimpunctata.

Penyakit busuk lunak sayuran
Gejala awal berupamunculnya bintik berair pada permukaan buah atau sayuran,
sehingga jaringan menjadi lunak atau lembek.
Patogen Erwinia caratovora.

Penyakit layu bakteri pada jagung
Gejala pada layu berupakelayuan yang berlangung cepat dan tanaman tersebut
mati atau tetap hidup tetapi kerdil.
Penyebab penyakit ini adalah Erwinia stewartii yang penyebarannya dibantu
oleh kumbang jagung Chaetoenema pulicularia.

Corynebacterium
bakteri ini berbentuk batang dengan diameter 0.5-0.9 µm dan panjang 1.5-4.0
µm, umumnya tidak bergerak tetapi beberapa ada juga yang bergerak dengan 1
atau 2 flagella, merupakan bakteri gram positip.

Contoh penyakit yang disebabkan corynespora
Kanker bakteri pada tomat
Gejala berupa bercak muncul pada daun sebagai bercak nekrosis demikian juga
batang dan buah.
Patogennya adalah Corynebacterium michiganense, yang dapat bertahan selain
pada sisa tanaman, permukaan tanah tetapi juga pada benih

Penyakit melingkar pada kentang
Gejalakhas timbul pada umbi kentang sebelum dan sesudah panen berupa lingkaran
Patogenya Corynebacterium sepedonicum.yang dapat bertahan pada umbi atau menempel pada alat-alat pertanian dalam bentuk lendir kering

Agrobacterium
bakteri berbentuk batang dengan diameter 0.8 dan panjang 1.5-3.0 µm, bergerak
dengan 1 sampai 4 flagella, menyebab puru, berdinding sel dan termasuk gram
negatif.

Contoh penyakit yang disebabkan corynebacterium
Penyakit puru pada tanaman berkayu
Penyakit diawali gejala tumor, atu puru dengan berbagai ukuran. Pertumbuhan
sedikit berlebihan pada batang atau akar.
Patogennya Agrobacterium tumefaciens. Menginfeksi tanaman melalui luka di
dekat permuakan tanah.

Streptomyces
bakteri berbentuk benang tanpa sekat dengan diameter 0.5 -2.0 µm. Mudah
dibedakan dengan bakteri lainnya karena miseliumnya yang bercabang dan karena
rantai sporanya yang membentuk spiral, termasuk gram positip.

Contoh penyakit yang disebabkan Streptomyces
Penyakit skabies pada kentang.
Gejala terlihat pada umb berupa bintik-bintik coklat yang agak cembung yang
selanjutnya menyatu membetuk seperti koreng atau kudis. Patogennya adalah
Streptomyces scabies. Penetrasi melalui lenti sel, luka dan stomata atau
penetrasi langsung pada umbi.

Organisme mirip mikoplasma/MLO
Merupakan anggota dari kelas mollicutes yaitu kelompok bakteri yang mempunyai
membran tetapi tidak memiliki dinding sel. Merupakan parasit intraselular
ataupun ekstraselular.
Contoh penyakit yng disebabkn MLO
Penyakit sapu setan pada kacang tanah
tanaman tumbuh tidak normal karena tunas-tunas ketiak berkembang sementara
ruas batang menjadi lebih pendek, sehingga tanaman tampakseperti sapu
Patogennya MLO yang ditularkan oleh wereng Orasius orgentatus.

Organisme mirip bakteri/BLO
Bentukny berubah-ubah, tersebar di dalam floem inang yang terinfeksi dan
disebarkan oleh vektor penghisap cairan floem.

Contoh penyakit degenerasi floem tulang daun jeruk
Penyebabnya BLO yang disebarkan oleh vektor Diaphorina citri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

pengendalian OPT secara hayati

Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan serta meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia dalam produksi pertanian, sehingga penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak. Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan tersebut, karena aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan.

Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) ini yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan adalah pembangunan pertanian secara hayati karena pengen-dalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati sangat besar pada tingkat laboratorium dan rumah kaca, namun hanya sebagian kecil saja yang telah diman-faatkan di tingkat lapangan dalam skala ekonomi. Hal ini tidak perlu menjadi alasan untuk menyatakan bahwa prospek pengendalian hayati dalam praktek kecil atau kurang relevan.

Prospek keanekaragaman dari mikrooragnisme yang antagonistik dan kekayaan sumber daya alam di Indonesia, sebenarnya menjanjikan peluang yang cukup besar untuk diman-faatkan dalam pengendalian hayati penyakit tanaman.

Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan back to nature telah menjadi trend baru dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian (Anonim, 2002). Oleh karena itu, penerapan teknologi pertanian yang berwawasan lingkungan harus mendapat perhatian dari semua pihak, sebagai landasan pembangunan pertanian berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Pola pembangunan pertanian seperti ini, selain harus dapat memelihara tingkat produksi, juga harus mampu mengurangi dampak kegiatan pertanian yang dapat menimbulkan pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Salah satu kegiatan nyata yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga produksi pertanian dari gangguan organisme pengganggu tanaman (OPT) serta memperhatikan jasa-jasa ekologis yang diemban oleh keanekaragaman hayati pertanian, seperti jasa penyerbukan, jasa penguraian dan jasa pengendali hayati (Tobing, 2009).

Organisme penganggu tanaman (OPT) merupakan faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Organisme pengganggu tanaman merupakan salah satu penghambat produksi dan penyebab ditolaknya produk tersebut masuk ke suat negara, karena dikawatirkan akan menjadi hama baru di negara yang ditujunya. Berdasarkan pengalaman, masih adanya permasalahan OPT yang belum tuntas penanganannya dan perlu kerja keras untuk mengatasinya dengan berbagai upaya dilakukan, seperti lalat buah pada berbagai produk buah dan sayuran buah dan virus gemini pada cabai. Selain itu, dalam kaitannya dengan terbawanya OPT pada produk yang akan diekspor dan dianalis potensial masuk, menyebar dan menetap di suatu wilayah negara, akan menjadi hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional (Mulyaman, 2008).

Petani sebagai pelaku utama kegiatan pertanian sering menggunakan pestisida sintetis terutama untuk hama dan penyakit yang sulit dikendalikan, seperti penyakit yang disebabkan oleh virus dan patogen tular tanah (soil borne pathogens). Untuk mengendalikan penyakit ini petani cenderung menggunakan pestisida sintetis secara berlebihan sehingga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Hal ini dilakukan petani karena modal yang telah dikeluarkan cukup besar sehingga petani tidak berani menanggunag resiko kegagalan usaha taninya. Selain itu, ketertarikan konsumen terhadap produk hortikultura yang bersih dan cantik, serta kurang tersedianya pengendalian non kimia yang efektif, maka pestisida sintetis tetap menjadi primadona bagi petani (Istikorini, 2002).

Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah disatu sisi cara mengatasi masalah OPT dengan pestisida sintetis dapat menekan kehilangan hasil akibat OPT, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di sisi lain, tanpa pestisida kimia sintetis akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi (Setyono, 2009 dan Anonim, 2009).

Penggunaan pestida yang kurang bijaksana seringkali menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis (resistensi hama sasaran, gejala resurjensi hama, terbunuhnya musuh alami) serta mengakibatkan peningkatan residu pada hasil (Anonim, 2008). Terdapat kecenderungan penurunan populasi total mikroorganisme seiring dengan peningkatan takaran pestisida (Emalinda et al., 2003). Oleh karena itu perhatian pada alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan semakin besar untuk menurunkan penggunaan pestisida sintetis.

Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi (Saptana at al., 2010). Salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang sesuai untuk menunjang pertanian berkelanjutan pembangunan pertanian secara hayati karena pengendalian ini lebih selektif (tidak merusak organisme yang berguna dan manusia) dan lebih berwawasan lingkungan. Pengendalian hayati berupaya memanfaatkan pengendali hayati dan proses-proses alami. Aplikasi pengendalian hayati harus kompatibel dengan peraturan (karantina), pengendalian dengan jenis tahan, pemakaian pestisida dan lain-lain.

Perkembangan hasil penelitian tentang berbagai agensia hayati yang bermanfaat untuk mengendalikan organisme pengganggu pada tanaman, sebenarnya sudah cukup menggembirakan, walaupun masih relatif sedikit yang dapat digunakan secara efektif di lapangan. Komponen ini jelas berperan dalam peningkatan peranan dalam pengamanan produksi dan pelestarian lingkungan.

Berbagai kendala yang menyangkut komponen hayati antara lain adalah adanya kesan bahwa cara pengendalian hayati lambat kurang diminati. Oleh karena itu terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya.

Pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan

Pengendalian hayati adalah pengendalian semua makhluk hidup yang dianggap sebagai OPT dengan cara memanfaatkan musuh alami, memanipulasi inang, lingkungan atau musuh alami itu sendiri. Pengendalian hayati bersifat ekologis dan berkelanjutan. Ekologis berarti pengendalian hayati harus dilakukan melalui pengelolaan ekosistem pertanian secara efisien dengan sedikit mungkin mendatangkan akibat samping negatif bagi lingkungan hidup. Sedangkan berkelanjutan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk bertahan dan menjaga upaya agar tidak merosot atau menjaga agar suatu upaya terus berlangsung (Basukriadi, 2003). Pengendalian hayati sebagai komponen pengendalian hama terpadu sejalan dengan definisi sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini, konsepsi PHT sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis (Suniarsyih, 2009).

Pengendalian hayati memiliki arti khusus, karena pada umumnya beresiko kecil, tidak mengakibatkan kekebalan atau resurgensi, tidak membahayakan kesehatan manusia maupun lingkungan dan tidak memerlukan banyak input luar. Pengendalian ini secara terpadu diharapkan dapat menciptakan kondisi yang tidak mendukung bagi kehidupan organisme penyebab penyakit atau mengganggu siklus hidupnya (Untung, 2001).

Menurut Istikorini (2002), pengendalian hayati yang ekologis dan berkelanjutan mengacu pada bentuk-bentuk pertanian sebagai berikut :

a).Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada. Misalnya keanekaragaman
mikroorganisme antagonistik dalam tanah atau di rizosfir (daerah sekitar
perakaran) dengan mengkombinasikan berbagai komponen system usaha tani yaitu
tanaman, tanah, air, iklim dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan
efek sinergi yang paling besar.

b) Berusaha memanfaatkan pestisida sintetis seminimal mungkin untuk meminimalisasi
kerusakan lingkungan.

Dalam pembangunan di bidang pertanian, peningkatan produksi seringkali diberi perhatian utama sehingga seringkali batas maksimal produksi dilampaui. Akibatnya ekosistem akan mengalami degradasi dan kemunginan akan runtuh sehingga hanya sebagian orang yang bisa hidup dengan sumberdaya tersebut. Konsekwensinya, bahwa bila batas produksi tercapai maka harus dilakukan sesuatu terhadap ekosistem, misalnya pengembalian sumberdaya alam. Prinsip ekologi dasar mewajibkan kita untuk menyadari bahwa produktivitas pertanian memiliki kemampuan terbatas.

Berdasarkan konsep segitiga penyakit, pada dasarnya penyakit hanya dapat terjadi jika ketiga faktor yaitu patogen, inang dan lingkungan mendukung. Inang dalam keadaan rentan, pathogen bersifat virulen (daya infeksi tinggi) dan jumlah yang cukup, serta lingkungan yang mendukung. Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban, cahaya) maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor). Dari konsep tersebut jelas sekali bahwa perubahan salah satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul (Wiyono, 2007).

Pemanfaatan musuh alami OPT menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologis karena sumberdaya tersebut dikembalikan lagi ke alam sehingga kualitas lingkungan terutama tanah dapat dipertahankan. Di alam musuh alami dapat terus berkembang selama nutrisi dan faktor-faktor lain (kelembaban, suhu dan lain-lain) sesuai untuk pertumbuhannya. Proses pengendalian hayati meniru ekologi alami sehingga untuk menciptakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan musuh alami tersebut bisa dilakukan dengan memanipulasi sinar matahari, unsur hara tanah dan curah hujan sehingga sistem pertanian dapat terus berlanjut. Misalnya dengan penambahan bahan organik pada tanaman yang akan dikendalikan. Bahan organik atau residu tanaman adalah media yang kondusif untuk mikrooraganisme yang antagonistik terhadap OPT yang pada dasarnya beraspek majemuk, yaitu sebagai pencegah berkembangnya OPT, sebagai sumber unsur hara dan untuk perbaikan fisik tanah pertanian.

Kendala Pengendalian Hayati

Berbagai kendala yang sering menjadi titik lemah dalam komponen hayati antara lain adalah :

a) Untuk mengetahui secara pasti peranan agensia hayati tidak mudah karena terlalu
banyak hal yang dianggap mendasar untuk diteliti.

b) Memerlukan fasilitas untuk mendukung rangkaian penelitian mulai dari
eksploirasi, isolasi, identifikasi, pemurnian, perbanyakan inokulum sampai
sumberdaya manusia peneliti yang tekun.

c) Petani sudah terbiasa dengan cara pengendalian penyakit yang memberi hasi yang
cepat sehingga tidak tertarik dengan cara pengendalian hayati yang berproses
lambat dalam kurun waktu yang panjang.


Selain itu, Pengendalian hayati memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik). Walaupun demikian, banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga sangat terasa pentingnya suatu komitmen untuk menentukan suatu gerak terpadu melalui konsep pengendalian hayati yang menguntungkan dan berkelanjutan dalam pemanfaatannya (Santoso, 2009).

Pengembangan Pengendalian Hayati

Proses pengendalian hayati harus berkelanjutan dan berkesempatan sebagai komponen yang kuat dalam konsep PHT. Hal ini akan terwujud dengan menggiatkan koordinasi untuk melakukan eksplorasi, pengadaan agensia hayati, penggunaan di lapangan dan evaluasi terus-menerus. Dalam upaya eksplorasi uantuk mendapatkan agensia hayati diperlukan penelitian yang tekun dan berkelanjutan. Pengadaan agensia hayati untuk dapat digunakan di lapangan pada umumnya memerlukan langkah-langkah sebagai berikut

1. Isolasi mikroorganisme atau jasad sebagai agensia hayati

2. Penelitian dasar

3. Perbanyakan

4. Proses pengembangan dan optimasi dan

5. Produksi dan aplikasi

Dalam perbanyakan agensia hayati diperlukan penelitian tentang media untuk perbanyakan yang mudah didapat dan murah. Selanjutnya perlu diteliti juga faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Produksi agensia hayati selanjutnya dilakukan dalam skala luas di bawah kondisi yang dapat diatur. Untuk ini pengembangan sumberdaya manusia (terutama ilmuwan/peneliti) harus mendapat perhatian yang cukup kuat.

Dalam menerapkan pengendalian hayati di lapangan, keperdulian unsur-unsur terkait (peneliti/pakar/petugas proteksi tanaman, petani, tokoh masyarakat, pengambil kebijakan) perlu terpadu dengan aktif. Selanjutnya petani dalam mengidentifikasi, menguji coba dan menerapkan pengendalian hayati diharapkan kerjasama terutama dengan penyuluh dan peneliti.

Menurut Tobing (2009), pada pertanaman monokultur sangat sulit dilakukan pengen-dalian hayati yang tepat dan efisien karena kurang jelasnya penampakan efektif dari musuh alami dan adanya gangguan beberapa perlakuan dalam sistem ini Mengganti atau menambah keragaman pada agroekosistem yang telah ada dapat dilakukan agar musuh alami efektif dan populasinya meningkat dengan cara:

1. Menyediakan inang alternatif dan mangsa pada saat kelangkaan populasi inang
2. Menyediakan pakan (tepung sari dan nektar) parasitoid dewasa
3. Menjaga populasi hama yang dapat diterima pada waktu tertentu untuk
memastikan kelanjutan hidup dari musuh alami serangga hama.

Pengendalian OPT Berdasarkan Konsep Pengendalian hayati

Pengendalian hayati didasarkan pada pemahaman siklus hidup OPT dan mencegah perkembangan OPT tersebut. Untuk mengembankan teknik pengendalian secara hayati maka langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Definisi masalah. Pertama harus dipahami masalah, mengetahui penyebab hama
penyakitnya, di mana penyebab hama penyakit bertahan, bagaimana cara menularnya
penyakit dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi dan
epidemiologinya. Pada sebagian besar kasus, informasi ini dapat diperoleh dari
literature pertanian. Informasi yang dapat diperoleh adalah tingkat kerusakan,
periode ketika tanaman rentan, tingkat ambang ekonomi.
2. Langkah-langkah pencegahan. Langkah selanjutnya analisis praktek budidaya,
selangkah demi selangkah. Dengan pengetahuan tentang hama atua patogen yang
diperoleh selama definisi masalah, orang bias mengetahui apakah praktek budidaya
dapat diubah untuk membatasi berkembangnya patogen. Sumber informasi utama dapat
diperoleh dari petani.
3. Langkah-langkah pengendalian. Langkah-langlah pengendalian yang khusus diper-
timbangkan, dimulai dari langkah-langkah yang lebih lemah dan kemudian ke yang
lebih kuat yang lebih memiliki efek samping lingkungan.

Dalam pengendalian hayati banyak hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan sifatnya yang ekologis dan berkelanjutan. Secara garis besar konsep pengendalian penyakit secara hayati meliputi hal-hal berikut ini :

1. Mengenal OPT dan memahami faktor-faktor yang mendukung perkembangan ekobiologi
dan epidemiologinya.
2. Memahami situasi pada saat tertentu, seperti tanda-tanda terjadinya eksplosi,
apakah proses penularan penyakit berlangsung biasa atau lambat
3. Menghindari terjadinya lingkungan yang kondusif untuk perkembangan dan penularan
penyakit, misalnya drainase jelek, tumpukan tanaman inang, tanaman yang tidak
terpelihara. Keberdaan dan efektifitas agensia hayati dikaitan dalam kondisi
seperti ini kurang memberi keuntungan
4. Memanfaatkan proses pengendalian alami yang berorientasi pada keseimbangan
biologi dan ekosistem, maka agensia hayati harus dipantau untuk mempertahankan
dan meningkatkan peranannya dalam jangka waktu tertentu
5. Karena konsep ini mengait dengan system, maka partisipasi dan kepedulian dari
pihak-pihak disiplin ilmua terkait perlu ada, sebaiknya secara institusional
6. Sebagai salah satu alternatif dari PHT, pengendalian hayati harus kompatibel
dengan komponen lain, dengan catatan khusus terhadap pestisida sintetis.
7. Pengendalian hayati sebagai satu sub- system yang efektif dapat terwujud dengan
mengembangan pengadaan dan proses sub-komponen utama antagonistic, bahan
organik, rotasi dengan tanaman/tumbuhan yang bermanfaat.
8. Melakukan eksploirasi, identifikasi, efikasi, perbanyakan dan aplikasi yang
sistematik dari antagonis potential
9. Mengidupkan informasi dua arah antara pengguna, penyuluh dan sumber teknologi
pengendalian hayati
10.Memasukkan komponen lain (mekanik, pestisida dan lain-lain) pada situasi
epidemik dan pertimbangan lain yang memerlukan tindakan khusus

Prospek Pengendalian Hayati

Prospek pengendalian hayati perlu ditinjau dari berbagai aspek, terutama aspek teknis sejak kegiatan di laboratorium dan rumah kaca. Jumlah dan jenis penelitian yang sudah diperoleh oleh ahli-ahli di bidang pengendalian hayati sangat besar pada tingkat laboratorium dan rumah kaca, namun hanya sebagian kecil saja yang telah dimanfaatkan di tingkat lapangan dalam skala ekonomi. Hal ini tidak perlu menjadi alasan untuk menyatakan bahwa prospek pengendalian hayati dalam praktek kecil atau kurang relevan.

Keanekaragaman dari mikrooragnisme yang antagonistik dan kekayaan sumberdaya alam di Indonesia, sebenarnya menjanjikan peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam pengendalian hayati penyakit tanaman.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 6 tahun 1995 pasal 4 tentang Perlindungan tanaman disebutkan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan dan atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan kerusakan sumberdaya alam atau lingkungan hidup (Suniarsyih, 2009). Untuk maksud tersebut yang paling cocok pertanian untuk masa depan adalah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Adapun definisi pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam. Dalam pertanian berkelanjutan perlindungan tanaman harus dilakukan dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT) (Istikorini, 2002).

Pengendalian secara hayati merupakan cara pengendalian yang lebih ramah lingkungan dbandingkan dengan pemakaian pestisida. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan di atas pengendalian OPT secara hayati dapat digunakan sebagai salah satu komponen dalam pengendalian hama secara terpadu (PHT).

Sumber: Edi Gunawan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

DIAGNOSIS PENYAKIT TANAMAN (BAKTERI)

Pengertian diagnosis secara umum adalah kepastian suatu penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau  suatu proses untuk mengidentifikasi suatu penyakit tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan dengan proses penyakit tersebut.
Diagnosis penyakit yang benar diperlukan untuk merekomendasikan cara pengendalian yang tepat dan juga diperlukan dalam suatu survei penyakit tanaman. Dalam hal ini diagnosis dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri, cendawan, virus ataupun  organisme antagonis dan produk metabolitnya.
Diagnosis penyakit tanaman berdasarkan gejala saja belum memadai atau tidak cukup.  Hal ini karena untuk  mengidentifikasi suatu penyakit disebabkan banyak organisme  yang berbeda dapat menunjukkan  gejala yang sama pada inang yang diinfeksinya.  Dalam hal ini perlu diperhatikan kemungkinan kemungkinan adanya organisme  sekunder atau saprofit yang turut serta menginfeksi bagian tanaman.

Untuk mendiagnosis penyakit tumbuhan pertama kali perlu ditentukan  apakah penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri,jamur, virus atau lainnya atau faktor lingkungannya. Dalam beberapa kasus apabila terdapat gejala penyakit atau terdapat tanda i yang khas, maka cukup mudah bagi mereka yang telah berpengalaman untuk menentukan penyebabnya dengan membandingkan gejala yang ada dengan yang terdapat dalam berbagai buku pedoman, CD – compendium dan lainlain.  Akan tetapi pada banyak kasus pengujian yang lebih lengkap terhadap gejala dan mengamati tentang ciri-ciri lainnya sangat penting untuk mendapatkan hasil diagnosis yang tepat.

Diagnosis penyakit tanaman dan identifikasi  penyebab penyakit pada tanaman yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi maka diagnosis yang lebih akurat sangat diperlukan. Hal ini dapat dicapai melalui prosedur isolasi dan seleksi patogen dan jika perlu dilakukan konfirmasi pengujian pada tanaman inang
yang sesuai.

Tahapan dalam diagnosis penyakit tanaman, antar lain adalah adalah :
a. Amati gejala yaitu segala kelainan bentuk atau kelainan sifat tanaman.
b. Pilih bagian tanaman sakit yang memperlihatkan gejala yang belum lanjut (belum
rusak atau busuk keseluruhan) atau terlalu awal. Gejala yang terlalu lanjut
biasanya sudah ditumbuhi cendawan serta bakteri saprofit yang sering kali
mengganggu pertumbuhan. Gejala yang terlalu awal juga menyulitkan diagnosa
karena sukar memperoleh tanda penyakit.
c. Bersamaan dengan melihat gejala ini perlu pula dilihat tanda penyakit untuk
memperkuat hasil pemeriksaan gejala.
d. Gejala dan tanda penyakit yang belum dikenal atau diragukan identifikasinya yang
nampaknya penyebab penyakit tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya
(penyakit baru) maka harus dilakukan serangkaian pengujian untuk membuktikan
hipotesa bahwa mikrorganisme yang diisolasi adalah penyebab penyakitnya melalui
postulat Koch.
e. Gejala yang disertai tanda keberadaan penyebab penyakit dapat dilakukan
identifikasi lebih lanjut di laboratorium.


Identifikasi Bakteri Penyebab Penyakit
Beberapa bakteri penyakit tanaman berada pada permukaan tanaman atau di dalam tanaman (sebagian besar bakteri). Keberadaan bakteri dipermukaan atau di dalam tanaman menunjukkan bahwa bakteri bakteri tersebut merupakan penyebab utama penyakit. Pada beberapa kasus, seseorang dengan keahlian tertentu dapat melakukan
deteksi dan identifikasi langsung secara visual atau dengan bantuan kaca pembesar. Seringkali identifikasi hanya dapat dilakukan dengan bantuan mikroskop. Tidak semua bakteri tampak pada permukaan tanaman sakit, beberapa lain tampak hanya dari gejala yang ditimbulkan, khususnya untuk bakteri yang berada di dalam tanaman. Sebagian besar bakteri berada pada jaringan yang terinfeksi, antara lain pada jaringan vascular, jaringan bawah tanaman, dan atau didalam perakaran. Pada saat bakteri berada pada jaringan tanaman sakit, ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu : (1) Bakteri tersebut adalah patogen penyebab utama penyakit pada tanaman tersebut, atau (2) Bakteri tersebut merupakan salah satu bakteri saprofitik atau bakteri yang
dapat tumbuh pada jaringan yang telah mati.

Diagnosis penyakit bakteri dan identifikasi bakteri penyebab enyakit didasarkan pada gejala awal penyakit yang tampak pada tanaman terinfeksi, jumlah populasi bakteri pada area terinfeksi, dan ketidakberadaan patogen penyebab lainnya. Bakteri adalah mikroorganisme berukuran kecil namun dapat terlihat dengan mikroskop kompon seperti bentuk batang-batang kecil. Identifikasi bakteri sulit dilakukan jika hanya berdasarkan karekter morfologisnya.

Isolasi bakteri pada media agar memerlukan kehati-hatian yang tinggi sehingga terhindar dari kontaminasi bakteri saprofit. Saat ini, telah dikembangkan beberapa media selektif yang sesuai untuk hampir semua bakteri patogen tanaman. Media ini tentu tidak sesuai untuk bakteri saprofit, sehingga dapat dipastikan bahwa pada media selektif bebas dari pertumbuhan bakteri saprofit. Hal ini akan memudahkan
proses identifikasi hingga tingkat genus dan spesies. Cara termudah dan terpercaya untuk membuktikan bahwa bakteri tersebut adalah patogen penyebab adalah melalui isolasi koloni tunggal dan menumbuhkan bakteri pada media, untuk selanjutnya diinokulasi kembali pada tanaman inang yang peka. Gejala yang dihasilkan dari inokulasi tersebut dibandingkan dengan gejala yang disebabkan oleh spesies bakteri yang telah diketahui sebelumnya.

Perkembangan metode identifikasi patogen tanaman saat ini telah mengalami perubahan sejak akhir abad ke-20. Tahun 1970, teknik immunodiagnostic, termasuk teknik agglutinasi dan presipitasi,pewarnaan flouresen dengan antibody, teknik ELISA, mulai digunakan untuk deteksi dan identifikasi bakteri patogen tanaman. Beberapa
teknik tersebut lebih sensitiF, lebih spesifik, cepat, dan mudah, dan merupakan metode yang telah distandardisasi. Hingga kini secara komersial telah tersedia antisera sebagai bahan identifikasi bakteri patogen tanaman.

berdasarkan penggunaan asam lemak oleh bakteri yang ada pada makanan (Biolog). Identifikasi lain yang juga berkembang adalah berdasarkan asam nukleat, dengan membandingkan jumlah DNA yang dihasilkan oleh enzim restriksi tertentu, atau derajat (persentasi) DNA yang terhibridisasi dari bakteri yang belum diketahui dengan DNA dari bakteri yang telah diketahui. Beberapa teknik molekuler tersebut saat ini digunakan untuk identifikasi bakteri patogen yang vastidious pada
vascular.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

KLINIK TANAMAN (Part 2)

•Tujuan Mendiagnosis Penyakit Tanaman

Pengendalian penyakit yang efektif terutama tergantung pada awal, identifikasi akurat penyakit dan agen kausal.. Dalam kebanyakan kasus, hal itu sudah terlambat untuk mengendalikan penyakit pada tanaman setelah penyakit muncul. Namun, langkah-langkah pengendalian yang tepat waktu dapat mencegah penyakit menyebar ke tanaman lain.

Bidang diagnosis masalah penyakit yang melibatkan beberapa pekerjaan detektif mencari gejala, tanda-tanda dan pola. Gejala respons tanaman tekanan tertentu yang mungkin disebabkan oleh lingkungan atau oleh patogen.

Tanda bagian dari patogen seperti struktur, galls, cairan atau miselium (jamur). Pola penyakit di suatu daerah memberikan banyak petunjuk tentang penyebabnya. Mengkompilasi semua informasi ini akan membantu dengan benar mengidentifikasi masalah.

Langkah dalam bidang diagnosis:
1. Tentukan nama ilmiah serta nama umum karena nama-nama umum yang sering digunakan untuk spesies tanaman sangat berbeda. Contoh, terdapat berbagai jenis pohon pinus masing-masing dengan berbagai penyakit tanaman unik untuk spesies tersebut.

2. Menentukan penyakit apa yang telah dilaporkan terjadi pada tanaman sedang diperiksa. Dengan menggunakan buku-buku penyakit yang tersedia. seperti:

- Diseases and Pests of Ornamental Plants -- PP Pirone Penyakit dan Hama Tanaman Hias - PP Pirone
- Vegetable Crop Diseases -- CR Dixon Penyakit Tanaman sayur - CR Dixon
- Westcott's Plant Disease Handbook -- K. Horst Hama / penyakit tanaman Westcott's Handbook - K. Horst
- Diseases of the Forest and Shade Trees of the United States -- USDA Handbook.
- How to Control Plant Diseases in Home and Garden -- MC Shurtleff .
- Fungi on Plants and Plant Products on the United States -- D. Farr, G. Bills, G. Chamuris, A. Rossman.
- Diagnosis penykit tanaman. Street. The university of Arizona Press dll

3. Bandingkan tanaman sakit dengan tanaman yang tumbuh sehat di dekatnya untuk menilai lebih baik gejala dan tanda-tanda. Beberapa bagian tumbuhan yang normal sering keliru untuk menjadi bukti dari penyakit. Sebagai contoh, daun kurma yang sehat dilindungi oleh bulu yang mencolok bingung dengan miselium jamur. Galls kecil pada akar kacang-kacangan seperti kacang-kacangan dan alfalfa mungkin saja normal nitrogen nodul.

4. Menentukan distribusi penyakit di dalam lapangan atau kebun. Apa kah  ada lebih dari satu jenis tanaman yang terkena? Jika demikian, penyakit ini mungkin disebabkan oleh iklim, bahan kimia atau faktor budaya lainnya. Jika kondisi terdistribusi secara seragam di tempat yang rendah di lapangan atau hanya dipinggir sebuah penanaman, tanah atau air sebuah faktor atau kimia beracun harus dicurigai. Parasit dalam waktu dan jarang menginfeksi 100% dari tanaman di suatu daerah. Ketika masalah mempengaruhi semua tanaman di daerah tertentu, penyebab masalah tersebut mungkin kekurangan atau kelebihan dari nutrisi tanah; Hasil kekeringan, es atau hujan es atau bahan kimia beracun seperti herbisida atau polusi udara. Patogen tanaman jarang menyebabkan kondisi untuk muncul tiba-tiba. Mereka biasanya mulai pada satu titik dan menyebar perlahan-lahan ke tanaman lain. Jika gejala muncul "semalam" atau dalam satu atau dua hari, mungkin akibat faktor iklim atau kimia beracun.

5. Apakah tanaman yang sama atau tanaman telah ditanam di daerah tersebut pada tahun- tahun sebelumnya? Apakah ada masalah pada spesies tanaman lain di lokasi yang sama? Apakah ada herbisida atau bahan kimia digunakan di daerah? Apakah pernah terjadi sangat dingin, panas atau basah kondisi iklim di masa lalu .beberapa hari?

6. Banyak gejala di atas tanah. seperti akar membusuk. Jika daun kecil, kuning atau menunjukkan layu atau jika tanaman memiliki pertumbuhan lambat dan sangat sedikit buah atau produksi bunga, kemudian akar membusuk harus dicurigai. Menggali di sekitar pangkal pohon mencari akar mati atau daerah di kulit. Tanaman yang lebih kecil (misalnya bunga, tanaman sayuran) haru diperiksa dengan seksama ,akar diperiksa. Akar sehat harus warna putih atau krem. ika mereka cokelat atau hitam, mungkin memiliki akar tanaman membusuk.

7. kekeringan atau beberapa faktor iklim lain dapat mempercepat kehilangan daun jarum sehingga seluruh pohon akan tampak kuning.Umumnya tidak ada perlunya perhatian jika hanya jarum tertua yang ditinggalkan.

8. Apakah gejala hanya terdapat pada daun, batang, bunga atau buah, atau seluruh tanaman yang terlib

9. Jika penyebab kondisi tidak dapat langsung tentukan, Anda mungkin perlu meminta bantuan dari agen daerah. Kadang-kadang gejala dan tanda-tanda tidak cukup karakteristik untuk memungkinkan diagnosis yang akurat dari masalah. Dalam kasus ini, sampel mungkin harus diambil untuk mengisolasi dan mengidentifikasi agen penyebab.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Post Icon

KLINIK TANAMAN (Part 1)

KLINIK TANAMAN
Apa klinik tanaman?
Klinik tanaman merupakan suatu wadah dimana terjadi suatu pelayanan pada masyarakat yang berhubungan dengan ganngguan pada tanaman yang diusahakannya.
Klinik tanaman dapat juga didefinisikan sebagai wadah penyaluran/disseminasi informasi-informasi tentang pengendalian
Melalui klinik tanaman ini petani dan petugas klinik tanaman dapat berdiskusi secara mendalam tentang pengelolaan pertanaman mereka untuk mendapatkan hasil yang sehat dan optimal dengan meminimumkan kerusakan terhadap ekosistem lingkungan

Fungsi klinik tanaman
1.Menyebarluaskan teknologi PHT kepada petani dan institusi lain
2.Wadah bagi staf pengajar dan mahasiswa untuk menangani permasalahan hama dan penyakit di lapangan
3.Wadah mekanisme respon balik bagi masyarakat tentang apa yang dialami petani dan klien lainnya yang dapat menjadi bahan penelitian dan memperkaya dalam pengajaran di kelas
Klinik tanaman atau sering juga disebut laboratrium diagnosis penyakit tanaman umumnya dilengkapi oleh para ahli dan petugas (dapa juga dari mahasiswa yang magang) yang melakukan penyululuhan  maupun pendidikan di bidan penyakit tanaman.
Beberapa tanaman sakit dapat dengan mudah dikenali melalui gejala yang tampak sehingga dapat direkomendasikan pengendaliannya akantetapi beberapa penyakit lainnya memerlukan beberapatahapan baik secara makro maupun mikro sehingga memerlukan waktu bebeapa hari atau minggu untuk mendapatkan hasil dan rekomendasinya.



KLIEN
Untuk mendapatkan hasil yang baik maka klinik tanaman menyediakan bebrapa tahapan bagi klien yang datang untuk mengisi formulir dan memngirimkan specimen tanaman sakit dengan baik.
CONTOH FORMULIR YANG HARUS DIISI OLEH KLIEN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
KET UMUM                                                                
Nama pemilik:        …………………………….                Alamat/tlp: ………………………………………
Jenis Tanaman yang diserang ………….. ………….  Varitas …………………… luas ……………….
Bagian tanaman yang terseramh Akar (   ), Batang (  ), Cabang (   ), daun (   ), Bunga (  ),  Buah (   )
Keadaan umumlayu ………………..; Bagian yang mati…………………………..; Menguning…………….; terhambat tumbuhnya …………………………….;  tumbuh abnormal …………………;  bentuk bercak pada daun……………………………; daun mottle …………..dll
Sifat penyebaran penyakit di lapanganTerpencar-pencar (   ), berkelompok (   ), sebagian areal (    ), pada areal yang bertebing (   ), daerah-daerah rendah (  ), daerah-daerah tinggi (  ).
Kapan gejala mula-mula timbul :………………………
Keadaan cuaca pada waktu kejadian………………..
Sejarah pertanaman ……………………………………………
Bahan-bahan yang digunakan dan jenis serta dosisPupuk (……………………), fungisida (…………………………),Herbisida (……………………………….) dan insektisida (…………………)
Keadaan disekitar areal  yang terserang
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

KETERANGAN KHUSUS BAGI TANAMAN YANG KHAS
 Tahun penanaman  ………………………….  Umur dan ukuran………………..
Pohon   (      )     semak-semak   (        )
Lokasi :di jalan/teras   (   ), di pekarangan (  ), di bedengan bunga-bungaan (   )
Areal yang teduh (     ),  areah angin (           ),  jadwal pengairan   (                ).
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diagnosis dan Pencegahan
                                                                                        Tanggal ………………..
                                                                                                Nama petugas.  

Contoh Formulir yang harus diisi klien sebelum menyerahkan specimen
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
FORMULIR IDENTIFIKSI PENYAKIT
SILAKAN MENGIRIM CONTOH KEPADA
KLINIK PENYAKT TANAMAN
                JURUSAN HPT FP UNSRI, INDRALAYA
 
                                                          Tanggal pengiriman
                                           Contoh no:
Penyuluh Pedesaaan /PP (  )
Pertanian Komersil/PK (   )
Dinas Pertanian /DP (    )
Produsen bibit/PB (  )
Perorangan/P (   )
---------------------------------------------------------------------------------------------------------



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS